Sunday, March 15, 2020

Surat Inem Tang Terkarantina di Itali

Dapat forward dari teman di group WA,. Saya kira tulisan ini sangat bagus untuk bahan perenungan kita semua yang saat ini tengah mendapat ujian dari Tuhan. Musibah paling berat yang dirasakan oleh hampir semua warga bumi dari semua negara. Indonesia yang sempat tidak tembus oleh bencana inipun akhirnya terkena juga. Ya Allah, berikan kami kekuatan untuk bisa melewati ujian berat ini. Semoga tulisan yang diambil dari status seorang saudara kita yang berada di Itali ini bisa menjadi penyemangat, koreksian atau apapun yang bisa membuat kita semakin siap dan sigap menghadapi Corona, Covid-19.

Sebenarnya aku agak malas nulis yang beginian. Semenjak dikarantina, waktu ku menjadi semakin berharga. Selain gak tau kapan ajal menjemput, Aku juga seorang ibu rumahtangga yang punya anak umur 2tahun yang lagi bandel2nya dan gabs diajak kompromi.
Jd sempet mikir 2kali antara nulis ini atau beresin cucian, piring kotor, rumah berantakan, belum lagi harus disinfektasi lantai, baju, sepatu, gagang pintu & printil2an anak yang abis dibawa keluar rumah (maklum, Gue blm tajir mampus buat bayar PRT di Italy yang gajinya rata2 €10/jam). Tapi mumpung anak tidur siang & berasa punya tanggung jawab sosial terhadap tanah air, Gue tulis seadanya dan secepatnya aja ya.
COVID19 itu BUKAN SEKEDAR FLU, OTOOONG!!!
Kalo cuma flu, ngapain Gue susah2 ngerem diri di rumah, mending jalan2 ke Venice atau Menara Pisa, atau ngopi2 bareng Valentino Rossi & Francesco Totti, mumpung di Italy toh.

Yang koid di Italy udh lebih dari 800 orang woy! Lo tau ga Itali segede apa? Ga lebih gede dr pulau Jawa! Jadi kebayang kan kalo di pulau Jawa mati 800 org cuma gara2 virus? Tau ga kalo sistem sanitasi di itali itu yang terbaik di Eropa? Di Eropa woy, jd gausah bandingin ama Asia, cina, apalagi Indonesia, ga level!
Di negara yang sistem sanitasinya terbaik aja, yang meninggal udh lebih dr 800 org, di tiap rumah sakit pun udh kewalahan nanganin pasien.
Pasien corona yang jd prioritas aja udah ditaro di koridor2 bahkan mau ditransfer ke hotel saking gada lg tempat yang nampung. Semua dokter & staf medis kerja 24jam cuma buat ngurus org yang terinfeksi ni virus. Terus org lain yang sakit, kecelakaan, patah tulang, kebelet ngelahirin, dll gmn? Ya harus nunggu!! Jadi kebayang ga chaosnya kayak apa di rumah sakit??? Masih bilang ini cuma virus flu?!
“Yah, mortal rate-nya kan cuma 2%..." Ya emang cuma 2%, kalo ditanganin dgn baik (baca: BUKAN di Indonesia). Disini yang suspect langsung jd prioritas, alat bantu pernafasan langsung siap di emergency room tiap rumah sakit & puskesmas.

Di Indonesia gimana?? Di Indonesia mortal rate-nya jelas jauh lebih besar. Tau sendiri kan sistem sanitasi di Indonesia gimana. Belum lagi simpang siur informasi yang kurang transparan.
“Salah pemerintah lah... Kenapa ga ditanggulangi dgn jelas, malah bikin diskon pariwisata dll."
Ya SALAH ELU JUGA OTOOONG. Udah tau ni virus baru aja ditetapin WHO sebagai epidemia internasional, lah elu malah haha hihi di hajatan temen, jalan2 ikut diskonan, ngemol bareng geng2 grup wa.
Covid19 ini sangat viral, perkembangannya sangat cepat dan sulit terdeteksi.* *Sampai kemarin Gue masih santai2 aja mesti dikarantina di rumah, yang penting masih bisa belanja bahan makanan & sedikit hirup udara segar di halaman depan rumah. Tp hari ini tiba2 semua berubah. Sekarang buat belanja aja mesti punya surat sertifikat. Keluar rumah selain hal urgen bs dipenjara 3 bulan atau denda sebesar €260. Tiap habis keluar rumah harus disinfektasi tangan dan barang2 yang kemungkinan disentuh orang lain. Belum lagi masker yang udh jd make-up sehari2.
“Ah...orang Indonesia mah udh biasa, DBD juga viral kok." Serah lu deh Tong, hidup lo mati lo bukan urusan Gue. Pasien DBD ga mungkin nularin penyakitnya ke dokter, staf rumah sakit, atau keluarga nya kan? Serah lu deh, mikir aja sendiri, lulus SD kan? Gue udh pusing mikirin tiket mudik yang udh terlanjur dibeli buat lebaran nanti yang mau gak mau mesti dicancel, males mikirin lu segala.
Saran Gue cuma 3 kalo lo mau dengerin, biar keadaan lo di Indonesia ga ngenes2 amat kayak Gue:
1. GAUSAH keluar rumah, apalagi kumpul2, bikin hajat, atau jalan2 ke tempat umum kalo ga penting2 amat.
2. Kalau terpaksa ketemu orang lain, jaga jarak aman, MINIMAL 1 METER.
3. CUCI TANGAN sesering mungkin, wudhu juga boleh bangeet, asal PAKE SABUN.
Jadi intinya WASPADA, bukan PANIK, apalagi sampe beli indom*e berdus2 (memperkuat daya tahan tubuh butuhnya vitamin woy, bukan mecin).
Udah gitu aja, anak Gue udh keburu bangun. Kalo mau dengerin sukur, kalo ngga, yang penting Gue udh sampein. Jangan bilang Gue ga ngingetin ya kl knp2.
Salam peace dan cium virtual (biar ga nyebar virus)
Inem
a.k.a Amelia Rachim
(jewelry designer, bekerja dan tinggal di Itali lebih dr 10 tahun)*


Read More

Thursday, March 5, 2020

Resep Membuat Donat Kentang

Resep Membuat Donat Kentang  - Donat adalah salah satu makanan ringan yang populer di negeri ini. Jadi kalau ada yang bilang tak kenal donat rasanya aneh. Bahkan nyaris tak ada yang tak suka makanan satu ini. 


Resep Membuat Donat Kentang

Sebelum membuat donat kentang tentu kita harus menyiapkan semua bahan-bahannya. Jangan sampai, pada saat proses ternyata ada bahan yang belum tersedia.


Bahan yang diperlukan:
a. 500 gram tepung terigu protein tinggi,
b. 250 gram kentang yang telah dikukus, haluskan dan dinginkan,
c. 50 gram susu bubuk fullcream.
d.  Lalu 4 butir kuning telur,
e. 100 ml air dingin, 100 gram gula halus,
f. 75 gram mentega, setengah sdt garam,
g. 50 gram susu bubuk fullcream,
h. 1 bungkus/ 11 gram ragi instant.

Cara Membuat Donat Kentang 




Setelah semua bahan siap, langkah pertama adalah mencampurkan tepung terigu, gula, susu bubuk, serta ragi instant, menjadi satu lalu aduk-aduk rata. Kemudian masukkan kentang halus, aduk sampai rata. 

Langkah kedua yaitu silahkan masukkan kuning telur dan air dingin, uleni hingga rata dan setengah kalis. Lalu tambahkan mentega serta garam, uleni lagi, terus hingga kalis elastis. Setelah itu diamkan selama 15 menit. Setelah bentuk adonan menjadi bulat atau mungkin mau bentuk lain, silahkan. Kemudian diamkan selama 20 menit, sampai adonan terlihat mengembang. 

Lalu jika ingin diberi lubang, buat lubang kecil di tengah-tengah bentuk adonan lalu goreng dengan minyak panas di atas api sedang hingga kuning keemasan. Gunakan sumpit kayu atau bahan yang tidak mudah meleleh saat donat mulai mengembang. Lalu masukkan sumpit di tengah lubang kecil donat sambil digoyang dengan berputar-putar sehingga lubang membesar dan rata.


Langkah terakhir  Membuat  Donat Kentang yakni angkat dan tiriskan lalu hiasi dengan topping gula halus atau coklat leleh atau meises atau keju atau aneka toping lainnya sesuka kalian. Selamat mencoba dan selamat berkreasi.




Ga susah kan ngebuat donat kentang? Kalau kita ikuti step demi step dan tak ada yang terlewati, tentu saat ini anda sedang berebut dengan anak - anak di rumah, menikmati donat kentang yang super lezat. 
Read More

Thursday, April 20, 2017

Tentangku dan NikmatMu, Puisi Wahyu Eko Handayani

Puisi - Puisi Wahyu Eko Handayani

Tentangku, Hujan dan Kepastian itu... 






















Aku ingin bercerita Tuhan...
Hujan pagi ini...Terasa menyayat hati
Seperti kemarin belum ada kepastian diri ini..
Masih terombang ambing...
Masih mengapung raga ini...

Kulanjutkan kisahku Tuhan...
Meski tetes hujan membasahi bumi..
Ku tetap melangkah demi ibu Pertiwi..
Kutetap berjalan menyusuri kota ini..
Kutetap bertahan untuk kota ini..

Kuteruskan cerita tentang rasaku Tuhan...
Aku tetap bertahan menunggu kepastian dariMu..
Aku tetap berdiri kuat menunggu takdirMu..
Aku tetap menanti yang terbaik dariMu..
Karena ku yakin Engkau telah menyiapkan yang terbaik untukku...
Yang terhebat untukku..
Yang teristimewa untukku...
 


Tentangku dan Penantian ini...

Mentari yang bersinarpun tetap merapat ke peraduannya...
Jinggapun selalu hilang diujung senja...
Bahkan rembulan dan gemintang yang bergelayut manja pun perlahan sirna..

Biduk yg berlabuh pun tetap bersandar di tepian telaga...
Hati yang terluka pun selalu mencari bahagia...
Namun..
Mengapa mentari yang hilang ditelan senja, rembulan dan gemintang yang sirna, biduk yang bersandar di telaga, hati yg bahagia,.....
Tak jua memberi kepastian...
Tak jua memberi keputusan...
Tak jua memberi ketetapan...
...Kapan diriku kan bersandar di dermaga impian....
 




⁠⁠⁠Tentangku dan NikmatMu...

Siang ini langit kelabu...
Mentari pun tampak lesu..
Sang bayu berhembus kelu
Cuacapun tak lagi menentu..
Tuhan....
Sekalipun langit kelabu, mentari pun lesu, bayupun ikut kelu bahkan Cuacapun kian tak menentu...
Ijinkan aku tetap bersyukur padaMu..
Atas nikmatMu..
Sehatnya diriku..
#KarenasebulanakusakitTuhan#
Cinta yang Engkau berikan padaku..
Arjuna yang selalu menemaniku..
#BanyakcaraMumenghadirkancintaTuhan#

Aku ingin jujur padaMu Tuhan...
Hilangkan semua kebimbangan ku
Hapus segala perih luka hatiku
Buang semua yang tak baik untukku..
Jauhkan dari nya yang selalu menggangguku..
Lenyapkan semua yang mengusikku..

Aku masih ingin bercerita Tuhan
Ketika luka ini terbalut bahagia...
Ijinkan aku menjaga semua rasa
Ijinkan aku memupuk asa
Ijinkan aku meramu cinta...
Dan ijinkan aku untuk selalu mengingat kebesaran mu Tuhan

Ini curhatan lainnya Tuhan...
Engkau Maha Tahu apa yang ada di hatiku....
....Kuingin bahagia tanpa jeda, tanpa dia yang memberi luka, tanpa cerita yang tak berirama...
....Kuingin bahagia bersama sang Arjuna... Yang sederhana dalam cinta....

20/04/2017

*) Penyair adalah seorang PNS yang aktif menulis buku parenting dan anggota aktif Jaringan Penulis Kaltara yang tinggal di Tarakan



     Secangkir Inspirasi       



“Segala makna memang datang dari manusia, yang menatap dan mendengar, lantas memberi arti.” --Seno Gumira Ajidarma—



Read More

Friday, February 10, 2017

Hujan Bulan Februari, Seorang Banci Penjambret yang Pingsan di Bawah Terik Matahari, Puisi M Thobroni

Seorang Banci Penjambret yang Pingsan di Bawah Terik Matahari
Puisi M. Thobroni











Seorang lelaki bertubuh kurus kering melaju menerabas gelombang ganas jalanan kota
Rambut kudanya berkibar di antara
Sirine, klakson, dan umpatan tengah siang
Di tangannya yang mungil tergenggam kalung makan siang
Yang direngutnya dari lansia yang sedang menanti ajalnya tiba
Tubuhnya yang gemulai terkapar dihantam dari kiri kanan depan belakang

Ia rebah tepat di bawah telapak kaki Tuhannya
Seorang banci penjambret pingsan di bawah terik siang
Dan langit pun mendung seketika


2017



Hujan Bulan Februari
Hujan Bulan Februari
Selembar daun hijau berparas ungu
Serat-seratnya adalah ketulusan
Dan permukaannya menampung segala duka

Hujan bulan Februari
Merayakan kesunyian di antara dedaunan dan ranting-ranting basah
Hujan bulan Februari
Kupetik selembar daun pisang dan kutangkupkan di atas jiwamu
Agar tidak resah segala gundah


2017

M. Thobroni, adalah penggiat Sastra sekaligus penggerak Jaringan Penulis Kaltara yang berdomisili di Tarakan

Inspirasi Kopi Pagi

“Sudah terlalu banyak kata didunia ini Alina, dan kata-kata, ternyata, tidak merubah apa-apa. Lagipula siapakah yang masih sudi mendengarnya? Di dunia ini semua orang sibuk berkata-kata tanpa pernah mendengar kata-kata orang lain.” 
--Seno Gumira Ajidarma--, 
Sepotong Senja untuk Pacarku

Read More

Wednesday, February 8, 2017

Si Yujang Buayoi Kelayun, Cerpen Siti Soleha

Si Yujang Buayoi Kelayun
Cerpen Siti Soleha
“Wajah senja, hati embun, dingin dan santun. Kau harus kawin”

Siapa yang tak kenal Yujang? Lelaki kepala empat yang diliputi rasa kasmaran, begitu kata anak jaman sekarang, sebatang kara dan banyak harta. Tanah dimana-mana, rumah rupa istana yang terbuat dari kayu ulin, kayu termahal dan melimpah di kalimantan dulunya, simpanan masih bisa dinikmati sampai tujuh turunan pula. Kalau pergi kemana-mana selalu memakai kopiyah kesayangan peninggalan almarhum Ayahnya. Jika tak dibawa, rasa-rasa seperti ada yang kurang di kepala. Sungguh tampilan seperti itu katro, kata orang-orang kampung. Pantas dia tak dapat pendamping, tampilannya tak bisa menarik hati wanita. Letak rumahnya di hilir prsimpangan sungai kayan dan di seberang sungai ada kubil yang di beri nama muara kubil yaitu lumpur yang timbul dipinggir sungai.
                Yujang lelaki sukses dan paling kaya di Kubil Seberang, dia bukan keturunan tidung murni, melainkan campuran arab, cina dan tidung. Tak banyak yang tau tentang keluarganya, karena mereka tinggal berjauhan. Dia hanya ingin menetap di kampung supaya bisa menikmati suasana yang asri begitu katanya. Prilakunya yang baik dan tidak pelit sering membuatnya di juluki “Tulalit” yang artinya si tua tidak pula pelit. Yujang tak mengapa dengan julukan itu, justru itu membuatnya terkenal di kampung.
                Orang kampung biasa memanggil dengan sebutan Yujang, karena dia nyaman dengan sebutan itu, Yujang yang berarti paman dalam bahasa tidung, di banding sebutan Pak, kelihatan tua katanya. Sebenarnya usianya memang sudah tua dan sepantasnya sudah harus punya anak, tapi istri saja belum punya. Kalau saja dia tak menolak menikahi perempuan pilihan keluarganya yang dari malaysia, mungkin saja dia sudah punya anak dua sekarang.
Kekasihnya, Lena, keturunan Dayak-Cina yang dulunya pembantu di rumahnya, setelah jadi kekasih, Lena tak bekerja sebagai pembantu lagi karena Yujang tak ingin status pembantu menempel pada Lena, dan Lena pun gengsi jadi pembantu kekasih sendiri. Saat ini Yujang tak ingin berlama-lama punya hubungan yang hanya sebatas pacaran, dai ingin melanjutkan ke jenjang pernikahan, mengingat usianya yang tak muda lagi, umurnya pun tak berbeda jauh dengan kekasihnya, ya sekitar empat tahunan. Bukan soal pilih-pilih sampai sekarang belum dapat pendamping, tapi Yujang hanya takut dengan perempuan, mengingat orang tuanya yang pernah bercerai.
“Dek Lena, kita sudah lama pacaran dan orang-orang kampung sudah tau tentang hubungan kita. Aku tak ingin kita hanya sebatas pacaran, karena usia kita sudah tak pantas menjalin hubungan seperti ini”. Yujang hendak mengutarakan keinginannya menikahi Lena.
“Lalu, hubungan apa yang kau mau?”. Jawab Lena yang sengaja memancing Yujang untuk mengatakan apa yang ingin dia dengar. Pertanyaan ini juga yang di tunggu-tunggu Yujang dari kekasihnya, seakan Lena memberi ruang dan kesempatan untuk mengatakan hajatnya. Yujang diam sejenak hendak mengatur nafas, rasanya seperti pertama kali menyatakan cinta, dag dig dug jantungnya,  gemetaran dan keringat dingin seluruh tubuhnya.
“Mau kah kau menikah denganku?”. Sambil di pegangnnya tangan Lena yang tersipu malu, wajahnya memerah dan tak kuasa memandang wajah kekasihnya yang agak tua dan dicintainya itu.
“Jangan senyum-senyum saja dek, apa jawabanmu?”. Tegas Yujang.
“Aku mau menikah denganmu”. Ahirnya Yujang yang tadinya khawatir dengan jawaban Lena, menjadi jadi lega.
Maka setelah hari itu, Yujang mulai sibuk mempersiapkan pertemuan antara keluarganya dan keluarga Lena untuk menentukan tanggal pernikahan mereka. Keluarga yang tinggal berjauhan membuat Yujang kesulitan mengatur pertemuan itu, akhirnya dari pihaknya hanya perwakilan saja, yaitu dari adik Bapaknya yang di sebut Uda’ kemudian istri. Yujang tak jemu-jemu menunggu kabar dari Lena, tentang tanggapan keluarganya akan rencana mereka. Berhari-hari smpai tiga minggu terakhir Yujang belum juga mendapat kabar dari kekasih hatinya itu.
Hingga akhirnya Yujang nekat meski hal itu membuatnya merasa harga dirinya akan turun lantaran belum ada janji yang pasti dengan keluarga wanita, dia mendatangi rumah dimana tempat keluarga Lena tinggal. Betapa kagetnya Yujang melihat rumah itu tak ada siapa-siapa. Rumah itu kosong sepertinya mereka sedang pergi, mungkin masih sibuk mendatangi keluarganya yang lain, untuk memberi tahu bahwa Lena akan menikah pikir Yujang dengan wajah lugu dan layu.
Dengan sabar Yujang menunggu sang kekasih hati yang sebentar lagi akan menjadi istri baginya. Penantiannya yang penuh tanda tanya, istri yang didamba dalam hidup, kini sudah berada di depan mata. Hanya tinggal di pinang walau bayangan masih samar-samar dan berkunang-kunang dikala senja datang. Malam-malam yang berlalu kini mulai berubah menjadi kesedehian sedikit demi sedikit, karena rindu. Dalam tidurnya Yujang sering menyebut-nyebut nama kekasihnya itu.
“Lena, Lena, Lena”. Begitu saja setiap malam.
Hingga pada hari itu Uda’nya yang sudah tidak sabar lagi menunggu di rumah karena ingin menemui keluarga Lena, bertanya kepadanya.
“Betul-betul kah perempuan itu mau kawin sama kamu? Kenapa lama sekali kasih kabar? Kami mau pulang ke seberang, anak kami sendirian dirumah”.
“Betul Uda’ kami sudaah bicara masalah mau menikah. Kan ada proses lamaran dan lain sebagainya. Itu yang harus dia bicarakan sama semua keluarganya, mungkin gara-gara itu dia jadi sibuk, karena keluarganya banyak yang harus di beritahu, makanya lama”. Begitulah pikir si Yujang yang hanya memikirkan hal-hal yang baik-baik tentang Lena. Tapi sesungguhnya ada rahasia besar yang disimpan Lena dari Yujang.
“Kalau begitu besok langsung datang saja kerumahnya, supaya jelas”. Tambah Uda’
“Besok biar kita suruh orang saja memeriksa kesana”. Jawab Yujang singkat. Tampaknya Yujang sudah mau putus asa. Dalam hati Yujang berkata-kata.
“Kalau seandainya besok rumah itu masih kosong, aku harus keluar kampung mencari Lena. Mau bagaimana lagi, dialah harapanku satu-satunya dan aku benar-benar berharap dia yang terakhir dalam hidupku, betapa aku mencintaimu Lena. Dimana kau sekarang, kau seperti menghilang, kau tak menghindariku kan? Aku tak ingin putus asa, keluargaku sudah gembira sekali mendengar kabar tentang pernikahan kita. Jangan kau hapus kegembiraan mereka Lena. Aku pun akan malu kalau kita batal menikah nantinya, dan usiaku ini memang sudah benar-benar senja. Hari-hari kulalui sendiri, aku ingin kau mengisi kekosonganku bersama anak-anak kita nanti. Aku tak ingin orang-orang berkata si Yujang buayoi kelayun alias bujang lapuk”.
Tanpa sadar si Yujang memberi panggilan sendiri pada dirinya, semalaman suntuk  dia tak tidur, malam-malamnya dihabiskan hanya untuk memikirkan kekasih hatinya yang entah dimana berada.
Besoknya Yujang meminta salah satu anak buahnya pergi lagi kerumah Lena untuk memastikan apakah dia sudah pulang bersama keluarganya.
“Acay kau harus pergi ke hulu, ke rumahnya Lena. Pastikan apakah dia sudah ada dirumahnya atau belum. Yaa?”. Gelagat Yujang menyuruhnya.
“Iya Jang”. Jawab Acay.
                Sesampainya di depan rumah Lena Acay langsung mengetuk pintu, namun tak ada orang. Rumah itu masih kosong. Salah satu tetangganya menegur Acay. Berincang-bincanglah dia dengan tetangga Lena tadi, segera Acay pulang dan menceritakan semuanya tentang Lena kepada Yujang.
Lena dan keluarga sudah pindah keluar kampung. Sebelum sempat Lena memberi tahu keluarganya tentang rencana kawin dengan Yujang, rupanya orang tua Lena sudah berencana sendiri untuk menikahkan anaknya pada keponakan mereka sendiri yang sama-sama orang cina. Lena terpaksa harus menuruti kedua orang tuanya, dan bersedia menikah dengan pilihan Ayah dan Ibunya. Yujang pun mrasa terpukul dengan kabar itu lantaran batal kawin dan belum melepas statusnya dari Buayoi Kelayun, dan Lena yang benar-benar mencintai Yujang akan mengubur cintanya dalam-dalam.

Tanjung Selor, Februari 2017

Catatan:
Cerpenis yang tinggal di Ibu Kota Provinsi Kaltara, Tanjung Selor ini cukup produktif. Tulisannya banyak dimuat di media Radar Tarakan, Koran Kaltara. Cerpen Si Yujang Buayoi Kelayun ini telah dipublikasikan di Koran Kaltara pada edisi Sabtu, 04 Februari 2017.




.

"Cinta itu adalah perasaan yang mesti ada pada tiap-tiap diri manusia, ia laksana setetes embun yang turun dari langit, bersih dan suci. Cuma tanahnyalah yang berlain-lainan menerimanya. Jika ia jatuh ke tanah yang tandus, tumbuhlah oleh kerana embun itu kedurjanaan, kedustaan, penipu, langkah serong dan lain-lain perkara yang tercela. Tetapi jika ia jatuh kepada tanah yang subur, di sana akan tumbuh kesuciaan hati, keikhlasan, setia budi pekerti yang tinggi dan lain-lain perangai yang terpuji"

-Buya Hamka-
Read More